Asal-usul Kata 'INDONESIA'

Nama Indonesia muncul pertama kali di masa penjajahan Belanda. "Pencipta" kata ini adalah George Samuel Windsor Earl, seorang pengacara kelahiran London, yang bersama James Richardson Logan, seorang pengacara kelahiran Scotlandia, menulis artikel sebanyak 96 halaman di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders."       
Mereka menamakan penduduk India-Belanda bagian barat yang berasal dari Proto-Malaya (Melayu tua) dan Deutero-Malaya (Melayu muda), sebagai Indunesians (Indu, bahasa Latin, artinya: India; Nesia, asal katanya adalah nesos, bahasa Yunani, artinya: kepulauan). Sedangkan penduduk di wilayah India-Belanda bagian timur masuk ke dalam kategori Melanesians(Mela = hitam. Melanesia = kepulauan orang-orang hitam). Oleh karena itu, Earl sendiri kemudian cenderung menggunakan istilah Melayu-nesians, untuk menamakan penduduk India-Belanda bagian barat. Kemudian Logan merubah Indunesia menjadi Indonesia (Indos dan Nesos, keduanya berasal dari bahasa Yunani) dalam tulisan-tulisannya di Journal tersebut.

KONTRA MEMORI KASASI

Depok, 22 Oktober 2013


KONTRA MEMORI KASASI


Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Bandung, Nomor : 254/Pdt/2013/PT.BDG tertanggal        30 Juli 2013  jo Putusan Pengadilan Negeri Depok, Nomor :  134/Pdt.G/2012/PN.DPK tertanggal 25 April 2013
PERKARA PERDATA ANTARA

Lidawati alias Mama Firhan, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 03 / 07 No. 38 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Dalam hal ini bertindak selaku pribadi, selanjutnya di sebut  TERMOHON KASASI semula TERBANDING / PENGGUGAT.
Lawan

Abdul Kadir, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 02 / 07 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, selanjutnya disebut PEMOHON KASASI  semula PEMBANDING / TURUT TERGUGAT.

Korupsi, Perspektif Antropologi


Praktik korupsi di Indonesia sudah di luar nalar sehat. Korupsi itu bukan hanya dilihat dari miliaran rupiah yang dicuri, melainkan pelakunya juga orang-orang terhormat di lembaga kenegaraan dan pemerintahan.
Bahkan, di antara pelaku korupsi itu ada yang berasal dari akademisi dan aktivis gerakan antikorupsi, komunitas yang dianggap sebagai pengawal moralitas publik dan penjaga etika sosial. Ini fakta paradoksal sekaligus ironi tak terperi. Bagaimana ilmu antropologi menjelaskan fenomena sosial yang merisaukan ini? Paling tidak ada tiga penjelasan.

KONTRA MEMORI BANDING





Atas putusan Pengadilan Negeri Depok
Nomor             : 134/PDT.G/2012/PN.DPK.
Tanggal           : 22 April 2013
Antara

Lidawati alias Mama Firhan, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 03 / 07 No. 38 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Dalam hal ini bertindak selaku pribadi, selanjutnya di sebut  Terbanding semula Penggugat.
Lawan

Abdul Kadir, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 02 / 07 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, selanjutnya disebut Pembanding semula Turut Tergugat.

Kepada Yang Terhormat
Ketua Pengadilan Tinggi Bandung
Di Bandung
melalui :
Yang Terhormat,
Ketua Pengadilan Negeri Depok
Di Tempat.


Dengan hormat.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :  Lidawati alias Mama Firhan
beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 03 / 07 No. 38 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Dalam hal ini bertindak selaku pribadi, selanjutnya di sebut  TERBANDING semula PENGGUGAT.

Terbanding dengan ini ingin mengajukan perlawanan terhadap Memori Banding yang diajukan oleh :

Abdul Kadir, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 02 / 07 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING dahulu TURUT TERGUGAT;
Yang Memori Bandingnya telah diserahkan di Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 7 Mei 2013 dan diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 13 Mei 2013. Sebagai berikut :

KESIMPULAN DALAM PERKARA NOMOR: 134/Pdt.G/2012/PN.DPK


Depok,  28 Maret 2013
KESIMPULAN DALAM PERKARA
NOMOR: 134/Pdt.G/2012/PN.DPK

Antara

Lidawati alias Mama Firhan, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 03 / 07 No. 38 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Dalam hal ini bertindak selaku pribadi, selanjutnya di sebut PENGGUGAT.

Melawan

Imas Masitoh, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 02 / 07 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, selanjutnya disebut TERGUGAT.

Abdul Kadir, beralamat di Jl. Raya Muchtar RT. 02 / 07 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, selanjutnya disebut TURUT TERGUGAT.

Ini lah kisahku'



Bertahun-tahun aku pendam kisah ini,
berharap, cukup aku saja yang tau
Tapi ku tak kuasa, ku tak mampu
untuk tidak menceritakannya'
Kisah yang pernah kuceritakan:
Kepada Pak Harto, dan dia mengatakan; "Beri aku kesempatan sekali lagi"
Kepada Pak Habibie, dia berujar; "Mana mungkin saya bisa! ini kan cuma transisi"
Kepada Gusdur, tanpa beban dia berucap; "Begitu saja kok repot"
Kepada Pak SBY, dia hanya bisa terharu kemudian menangis'
tapi
ku tak berani menceritakannya kepada Bu Mega, karena takut ada fitnah, kenapa? bukan muhrim kataku'

Masih Adakah NyiMasKanjengRatuKu'

kenang kita malam ituMasih terbayang membelai jiwakuTerasa bahagia ada di sampingmu'
Sayang, getar rindu ini tak mau menjauhInginkan dirimu selalu menyentuhTebaran kasih sayangmu yang utuh'#berharapNyata'


SALAM LENSA

Wacana pandidikan terus berkembang sejalan dengan semangat zaman. Para pemikir dan praktisi pendidikan sepakat bahwa karakter building bangsa adalah dipendidikan . 
Dinamika dan kompleksitas pendidikan menjadi sangat menarik, bagi orang yang peduli terhadap dunia (idealis), begitupun menjadi menarik bagi orang yang punya banyak kepentingan (pragmatis).

Pendidikan sebagai PABRIKAN untuk memproduksi SDM, tetapi manusia bukan barang mentah menjadi barang jadi. Pendidikan membangun nilai kemanusian dengan pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri (memanusiakan manusia).disertai syarat dan muatan nilai kebaikan.

Perumusan pendidikan dan anggaran yang besar tidak akan menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia apabila manusia yang terlibat tidak memiliki rasa kemanusian peduli pada sesama.

Issu pendidikan berbasis karakter dan perubahan kurikulum di Indonesia hanya diminati bagi manusia yang pragmatis, orang pintar hanya mempintari orang yang kurang pintar, tapi bagi manusia yang idealis, pendidikan menghasilkan kebaikan, kemandirian keberanian ,dan sains yang sejalan dengan kebermanfatan manusia itu sendiri'