Penunjuk Waktu yang Membisu


Keramaian Kota Depok tampak semakin surut. Kemacetan kendaraan sedikit demi sedikit berlalu dari pandanganku. Sementara aku masih terpaku di halte angkot tempat dimana aku setiap hari menunggu angkutan kota yag setia megantarku pulang dan pergi dari Bojong Gede ke ITC Depok. Sementara gerimis seolah setia menemaniku. Sayup-sayup terdengar suara tape recorder dari balik gerobak rokok samping halte yang baru saja menutup daganganya, menyanyikan tembang kenangan.

PEMBOHONG

Ada yang pernah bilang, sakit karena jatuh dari tangga masih lebih baik dari pada sakit karena dibohongi. Mungkin pernyataan ini belum tentu benar, tapi bagaimana pun, tidak ada orang yang mau dibohongi. Anda sendiri misalnya, bagaimana perasaan Anda ketika harga makanan yang telah Anda makan di sebuah warung yang Anda perkirakan harga rata-rata di setiap warung adalah Rp. 10.000,-, ternyata pada siang hari yang terik itu Anda “ditembak” agar membayar Rp. 50.000,-, hanya karena Anda dianggap orang yang baru pertama kali makan di warung tersebut? Bagaimana perasaan Anda ketika orang yang sebelumnya Anda percaya dan layak diandalkan dalam menyimpan rahasia-rahasia Anda, terbukti membeberkannya kepada orang lain? Atau mungkin Anda sendiri juga suka berbohong? Terpaksa atau untuk kebaikan tak apalah, mungkin itu alasan Anda.

Memilih Walikota dan Wakil Walikota


Banyaknya calon Walikota dan Wakil Walikota yang muncul dan berebut untuk menjadi pemenang dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Depok (pemilukada) Oktober 2010 nanti harus dicermati secara hati-hati. Kita tidak boleh silau dan terjebak dengan slogan-slogan yang diusung. Sudah jelas bahwa setiap slogan yang mereka buat sangat bagus dan cocok untuk rakyat. Ini bisa kita lihat pada slogan yang dibuat para calon. Ada yang mengupayakan pendidikan gratis, pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, upaya bagi terbukanya lapangan kerja, pemberian harapan baru sampai pamer keberhasilan produksi pangan yang surplus. Begitu pula yang bisa kita saksikan setiap hari dari iklan di setiap media massa, para calon menunjukkan perilaku yang merakyat, akomodatif, empatik, dan selalu menjanjikan solusi. Semua tidak ada yang jelek. Seperti bumbu masak, kecap, tidak ada yang nomor dua! Yang membedakan mereka adalah background para calon karena masing-masing memiliki sejarah sendiri.

Belajar dari Umar bin Abdul Aziz (sebuah catatan untuk calon pemimpin depok)


Beberapa bulan ke depan, tepatnya bulan Oktober, Depok akan menggelar hajat besar 5 tahunan, yaitu Pemilihan Kepala Daerah. Dalam konteks menciptakan dan membangun kehidupan yang lebih baik, seseorang yang dinilai berpotensi untuk mengemban amanah memimpin tidak boleh mengelak, karenanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa diserahkan kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR Ahmad).

SYUKUR

Saudaraku yang di Kasihi Allah,
Syukur mencakup kesadaran, keadaan dan perbuatan. Syukur merupakan kesadaran bahwa kenikmatan itu berasal dari Sang Pemberi Kenikmatan, yaitu Allah. Syukur juga merupakan keadaan rasa gembira, disebabkan mendapatkan kenikmatan tersebut. Syukur juga merupakan perbuatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan agar dicintai oleh Allah. Perbuatan tersebut mencakup berbuat kebajikan dan merahasiakannya, mengucapkan kesyukuran kepada Allah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Alahh dan menggunakan kenikmatan yang diterimanya itu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah serta menjaga kenikmatan tersebut untuk tidak dipergunakan maksiat.

JaNjI SeTiA

Tulisan ini saya persembahkan untuk manusia-manusia tercinta yang telah mengajariku “bagaimana mengerti makna kehidupan dan bagaimana bertanya untuk lebih mengerti makna kehidupan”.

Saya belajar sungguh-sungguh untuk menjadi “filsup abad kegelapan” –sebagaimana manusia-manusia tercinta menunjukkan misteri judul diri ini pada saya--. Ada dua kemungkinan judul diri ini dinisbatkan pada saya; (1) saya belajar berfilsafat dalam kegelapan pemikiran dan renungan filsafat masyarakat kita; (2) akibat saya berfilsafat menjadikan muram wajah ceria masyarakat kita. Mana yang bebar ? I don’t know. Tapi karena saya harus bertanggungjawab -- terutama pada kemungkinan mempertanggungjawabkan diri sendiri-- , saya harus punya alasan atas kebenaran keberadaannya.