Bicaralah Dengan Nurani (Sebuah Catatan Untoek Depok Yang Lebih Baik


Para politisi, para birokrat pengambil kebijakan, dan para akademisi, seringkali dipandang sebagai orang-orang yang dianggap bertanggung jawab mewakili publik untuk berbicara di berbagai mass media baik cetak maupun elektronik tentang kondisi masyarakat dan bangsa. Kenyataan ini seolah-olah menunjukkan bahwa merekalah yang paling tahu tentang kondisi bangsanya. Tidak terlalu salah anggapan itu, tapi juga tidak selalu benar.

Apa yang dibicarakan tidak selalu apa yang terjadi dilapangan, bahkan seringkali jauh dari kondisi sesungguhnya. Demi kepentingan-kepentingan “profesinya” mereka merasa harus bicara. Banyak sudut pandang dan kepentingan yang membungkus muatan pembicaraan. Yang pasti pembicaraan mereka akan menjadi opini masyarakat, kemudian terjadi pembenaran dan kemudian menjadi sikap masyarakat. Dan akhirnya bertindaklah masyarakat atas apa yang didengarnya dan atas apa yang diyakininya. Ketika suara itu datang dari orang-orang yang dianggap merepresentasikan kepentingannya, maka ia akan dianggap sebagai sebuah kebenaran yang harus ditaati. Tapi jika suara itu datang dari orang-orang yang dianggap kelompok lawannya, maka ia akan dianggap sebagai sebuah kesalahan yang menurutnya harus ditentang.

Lapangan kehidupan sosial masyarakat menjadi “laboratorium” untuk menguji kebenaran isi pembicaraan. Dan masyarakat menjadi “kelinci percobaan” dari sebuah ideal-ideal yang parsial. Angin perubahan yang bertiup kencang tak pernah pasti darimana datangnya. Tidak ada arah yang pasti mau dibawa kemana bahtera kehidupan yang bernama Kota Depok ini berlayar, karena navigasi kapal tidak berfungsi dengan baik kalau boleh dikatakan mengalami kerusakan. Belum lagi para penumpangnya berlagak bak koboy di film-film holiwood, dan bersikap laksana bajak-bajak laut, serta bertindak bagaikan para penyamun. Teriakan-demi teriakan dari hati sanubari yang paling dalam, walau terdengar lantang, tapi seolah lenyap ditelan debur ombak samudera kehidupan.

Terlepas dari apa yang menjadi isi pembicaraan, keadaan memaksa hari ini siapapun kita harus bicara. Karena hanya dengan bicaralah sesuatu yang tersembunyi jauh di lubuk-lubuk hati yang paling dalam, dan jauh dikerapatan pintu-pintu singgasana akan terungkap kepermukaan tentang apa yang terjadi, apa yang diinginkan, dan apa yang seharusnya dilakukan. Semuanya akan menjadi sebuah pendidikan dalam dinamika Kota Depok yang sedang memasuki fase era keterbukaan.

Tapi sekali-sekali janganlah anda berbicara kalau anda tidak bisa berkata benar, dan tidak bisa bersikap jujur. Tapi bukan berarti kita harus diam karena ungkapan “diam itu adalah emas” harus dirubah dengan ungkapan “jika diam saja adalah emas, maka berbicara adalah berlian”. Dalam konteks inilah kita harus bersuara lantang, agar berlian-berlian yang terkubur dalam kubangan Lumpur segera nampak kepermukaan tanpa terkotori dan ternodai oleh pekat dan baunya Lumpur.

Satu hal yang harus digarisbawahi dan ditulis dengan huruf miring dan dicetak tebal, berbicara tidak harus dengan mulut, karena mulut tidak selalu berkata benar. Tapi berbicara dengan sikap dan tindakan, akan memberikan dampak yang signifikan bagi proses pembelajaran Kota ini menuju kemajuan. Kita punya hati nurani yang menjadi kompas kehidupan. Dengan hati nurani kita akan berani berkata benar, dan dengan hati nurani pula kita aka berani berkata jujur. Maka jangan biarkan diri kita terbelenggu oleh kebenaran-kebenaran semu yang tampak dipermukaan terlihat indah, tetapi isinya menjerat diri kita pada kepentingan-kepentingan sesaat, dan menggiring kita kepada kehancuran.

Pembaca yang budiman, di tengah-tengah euporia demokratisasi, Eman Back To Depok hadir ke tengah-tengah masyarakat Depok dengan wajah, gagasan dan kreatifitas baru berupa Untoek Depok Yang Lebih Baik, sebagai wadah penyaluran opini masyarakat tentang kehidupan Kotanya. Saya meyakini bahwa proses sosialisasi pendapat dari kalangan politisi, birokrasi, akademisi, pengusaha, professional dan tokoh masyarakat, akan memberikan dampak yang positif bagi pembentukan sikap dan karakter masyarakat yang lebih cerdas dan beradab.

Untuk itu, Saya akan menyoroti situasi dan kondisi yang berkembang dari Kota ini yang sebentar lagi akan menghadapi pesta demokrasi, untuk dilihat dari berbagai sudut pandang serta latar belakang profesi masing-masing, kemudian diharapkan mereka memberikan solusi yang terbaik untuk mengantarkan Kota Depok yang makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran, sesuai dengan harapan masyarakat Depok.

2 komentar:

  1. http://terapilintah-hidup.blogspot.com/search/label/BUDIDAYA%20LINTAH

    BalasHapus
  2. BANK EMAN TAMPILAN BLOGNYAN BAGUS BANGET PINGIN JUGA TUH TAMPILANNYA

    BalasHapus