Memilih Walikota dan Wakil Walikota


Banyaknya calon Walikota dan Wakil Walikota yang muncul dan berebut untuk menjadi pemenang dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Depok (pemilukada) Oktober 2010 nanti harus dicermati secara hati-hati. Kita tidak boleh silau dan terjebak dengan slogan-slogan yang diusung. Sudah jelas bahwa setiap slogan yang mereka buat sangat bagus dan cocok untuk rakyat. Ini bisa kita lihat pada slogan yang dibuat para calon. Ada yang mengupayakan pendidikan gratis, pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, upaya bagi terbukanya lapangan kerja, pemberian harapan baru sampai pamer keberhasilan produksi pangan yang surplus. Begitu pula yang bisa kita saksikan setiap hari dari iklan di setiap media massa, para calon menunjukkan perilaku yang merakyat, akomodatif, empatik, dan selalu menjanjikan solusi. Semua tidak ada yang jelek. Seperti bumbu masak, kecap, tidak ada yang nomor dua! Yang membedakan mereka adalah background para calon karena masing-masing memiliki sejarah sendiri.

Dalam konteks membangun Kota Depok yang lebih baik, memilih pemimpin mendatang tidak cukup dengan logika. Sebaliknya, tidak pula cukup dengan hati. Pesan yang ingin Saya sampaikan disini adalah rakyat yang memiliki hak pilih harus memiliki semangat perubahan, semangat perbaikan, dan bukan semangat ikut-ikutan. Ada satu semangat yang harus dipupuk dan dikedepankan dalam melihat Kota kita, yakni Depok harus berubah lebih baik, berubah menjadi kota yang maju, menjadi kota yang berwibawa dan tidak selalu bergantung kepada pusat. Kita sudah memiliki pengalaman dipimpin oleh dua Walikota, kehidupan kerakyatan maupun kemasyarakatan kita tidak menjadi lebih baik, tetapi justru menjadi tertinggal dengan kota-kota lain. Apakah kita saat ini juga masih melulu mengandalkan Pusat dan bergantung selamanya tanpa ada upaya-upaya untuk bisa mandiri, secara ekstrem kita tidak bisa mengatakan iya karena konteks kebergantungan yang terjadi sekarang berbeda dengan era sebelum reformasi. Namun intinya, yang ingin Saya kemukakan adalah bagaimana Depok yang sudah berusia di atas sepuluh Tahun bisa menjadi Kota yang mandiri dalam konteks yang positif, tanpa banyak kebergantungan kepada Pusat.

Untuk menuju cita-cita menjadi Kota yang mandiri, sudah sewajarnya semangat itu tidak hanya ada pada para calon, tetapi seluruh rakyat juga harus memiliki mimpi yang sama. Kita percaya mimpi itu bisa menjadi kenyataan tatkala rakyat yang memiliki hak pilih tidak salah memilih calon yang akan menjadi pemimpin itu sendiri. Kesannya dalam urusan memilih calon ini seperti sesuatu yang sepele karena terlalu mudah dan tidak perlu banyak pertimbangan. Namun, Saya yang menjadi bagian dari anak bangsa, ikut merasa cemas dan khawatir manakala rakyat salah menentukan pilihan. Suatu resiko yang sudah pasti akan menghadapi kita adalah ketika pilihan itu keliru, Kota ini semakin sulit dan jauh dari harapan menjadi Kota yang mandiri dan besar.

Rasanya kita harus sepakat bahwa mimpi menjadi Kota yang mandiri dan besar itu tidak bisa ditawar. Harapan itu sudah dekat karena indikator-indikator yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menjadi Kota yang mandiri dan besar sudah terlihat jelas. Kini tinggal dipupuk dengan semangat yang sama dari semua komponen masyarakat sehingga harapan menjadi Kota yang mandiri dan besar tidak perlu harus menunggu lama lagi. Suatu optimisme yang juga tidak bisa ditawar lagi, kita memiliki banyak orang pintar yang mampu melihat persoalan bangsa ini, tetapi yang masih diperlukan dari kepintaran itu adalah ada perkawinan antara komitmen dan ketulusan. (EMAN BACK TO DEPOK)


3 komentar:

  1. Sebuah solusi yang teramat baik,dan keputusan yang dilamjuti dengan segala kehoramatan semoga menjadi sesuatu yang terbaik sobat..

    BalasHapus
  2. berawal dari Inbox di facebook pagi tadi jam 09.00 tanggal 20 Juli 2010 yang menyarankan agar tulisan-tulisanku diikutsertakan dalam lomba, akhirnya dengan coba2 buat blog, karena memang prasyarat tulisan harus dimuat di blog, tolong kritik dan sarannya, menurutku ini sesuatu yg luar biasa krn dikerjakan hanya dalam waktu 1 jam.

    BalasHapus
  3. Hidup adalah pilihan, kehidupan dapat lebih berarti jika kita mempunyai nilai- nilai kesadaran yang dilandasi perjuangan jika tanpa ada suatu proses maka kita tidak akan menemukan arti hidup yang sebenarnya.

    BalasHapus